Jumat, 10 Agustus 2012

Mengenal Buah Matoa


Mengenal Buah Matoa Lebih Dekat

Matoa (Pometia pinnata) merupakan tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian.
Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun).
Di Papua dikenal 2 (dua) jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal dan nglotok seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Dilihat dari jenis warna buahnya, baik Matoa Kelapa mapun Matoa Papeda dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu matoa merah, kuning, dan hijau. Ciri pembeda tersebut sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
 

Jenis
Parameter Pembeda
Warna Kulit Buah
Daun
Warna Bunga
Matoa Hijau
Hijau
Lebar, tebal, hijau tua
Coklat
Matoa Kuning
Kuning
Memanjang, kurang tebal, hijau muda
Kuning
Matoa Merah
Merah
Agak bulat/oval, tipis, hijau kekuningan
Coklat
Buah matoa dapat dikonsumsi segar. Cita rasa buah ini sangat khas seperti rasa rambutan bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian. Karena rasa dan aroma yang dikandungnya membuat matoa memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat Papua. Harga jual rata-rata mencapai Rp. 20.000/kg bahkan sering lebih dan tidak pernah murah, buah ini banyak dipesan peminat di luar Papua sebagai oleh-oleh. Bila sedang musim buah matoa banyak dijual di pasar-pasar, pedagang kaki lima, maupun dijual di tepi jalan. Buah matoa mempunyai kulit buah relatif tebal dan keras sehingga dapat tahan lama jika disimpan yaitu bisa disimpan hingga 1 minggu tanpa perlakuan pengawetan dan jika disimpan dalam suhu 5-10oC buah matoa dapat dipertahankan hingga 20 hari. Tanaman matoa dapat diperbanyak dengan menggunakan biji, cangkok, stek maupun sambung. Pada perbanyakan dengan biji sebaiknya terlebih dahulu disemaikan dalam polybag dan jika sudah cukup kuat dapat dilakukan pemindahan ke lapangan/kebun. Jarak tanam yang umum adalah 8 sampai 12 meter (Atq).


Matoa (Pometia pinnata) adalah flora identitas Propinsi Papua Barat.
Dulu aku kan pernah tinggal di Papua sewaktu orang tua ditugaskan di sana. Tetapi kala itu aku tidak pernah melihat pohon matoa (Pometia pinnata) ataupun  pohon buah merah (Pandanus conoideus)  yang terkenal itu yang juga berasal dari sana. Mungkin karena waktu itu aku masih usia sekolah dasar sehingga tidak memperhatikan sekeliling dan tahunya hanya bermain saja.  Nama kedua pohon inipun hanya kuketahui dari media.
Rasa penasaranku semakin menjadi ketika seorang kenalanku mengatakan ada sebatang pohon matoa di depan rumahnya.
Aku dengan sok tahu mendebatnya: ” Masa ini pohon matoa sih? Matoa kan buah langka dari papua.”
Dari rasa penasaranku, kutemukan foto pohon matoa di wikipedia. Foto di bawahnya foto matoa hasil karyaku. Memang akhirnya aku mengakui itu benar matoa he…he….


Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Menurut kenalanku rasa buahnya  campuran antara rambutan, durian dan kelengkeng.  Buahnya berbentuk lonjong dan seukuran buah pinang atau telur puyuh, mungil sekali ya.  Ketika muda berwarna hijau dan setelah matang berwarna hijau kekuningan.

Di Papua, pohon matoa  tumbuh  di seluruh wilayah Papua dan bisa  berkembang sampai dengan diameter pelukan tiga orang dewasa. Kayunya bisa dibuat  mebel atau kusen rumah. Pohon ini berbuah musiman yaitu sekitar bulan September – Oktober. Nah, saat itupun pohon matoa kenalanku sedang berbuah. Kuambil satu buah yang belum matang saking tidak sabar ingin melihatnya. Matoa dalam genggamanku itu kelihatan mungil sekali kan.
Kulit buahnya agak keras mirip kelengkeng. Jika sudah matang aromanya menyerupai durian dan kelengkeng.

Foto diambil dari sini
Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.
Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan Taun. Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain : ganggo, jagir, jampania, kasai, kase, kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. (vivaborneo)
Di Papua, pohon matoa yang semula tumbuh liar kini menjadi semakin naik gengsinya. Apalagi semenjak (mantan) presiden Megawati mencanangkan penanaman berbagai jenis pohon asli Indonesia seperti cempaka Aceh, meranti Kalimantan dan matoa Papua sebagai pohon lestari, di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa tahun yang lalu.
Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.
Sayangnya, karena cuaca  yang tidak menentu, kadang panas dan kadang hujan buah-buah yang lebat bergantungan itu rontok semua. Gagallah aku mencicipi matoa. Dari berkelana di dunia maya kabarnya matoa sudah dapat ditemui di toko buah-buahan di luar Papua. Ada yang tahu lokasi penjualan matoa di sekitar Pasar Singkawang,Sambas, Sekura, Simpang Empat dan sekitarnya.?

 
Buah Matoa
Buah Matoa (Pometia pinnata) adalah buah khas asli Papua. Rasa buah ini manis seperti buahrambuatan atau buah kelengkeng. Pohon matoa tumbuh tinggi, dan kayu nya bisa untuk mebelatau kusen
 
kusen rumah. Buah ini merupakan buah musiman yang berbuah pada bulanSeptember
 
Oktober. Matoa tumbuh di seluruh wilayah kepulauan Cenderawasih.buah matoa
Rasa buahnya ―ramai‖, dan susah didefinisikan, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan.
Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang bilang manislegit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan durian. Pendeknya,buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem)dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna coklat kehitaman bilamasak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoatumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia,tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.Di Papua, pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenistumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan(Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar