Jumat, 10 Agustus 2012

Mengenal Buah Matoa


Mengenal Buah Matoa Lebih Dekat

Matoa (Pometia pinnata) merupakan tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian.
Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun).
Di Papua dikenal 2 (dua) jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal dan nglotok seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Dilihat dari jenis warna buahnya, baik Matoa Kelapa mapun Matoa Papeda dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu matoa merah, kuning, dan hijau. Ciri pembeda tersebut sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
 

Jenis
Parameter Pembeda
Warna Kulit Buah
Daun
Warna Bunga
Matoa Hijau
Hijau
Lebar, tebal, hijau tua
Coklat
Matoa Kuning
Kuning
Memanjang, kurang tebal, hijau muda
Kuning
Matoa Merah
Merah
Agak bulat/oval, tipis, hijau kekuningan
Coklat
Buah matoa dapat dikonsumsi segar. Cita rasa buah ini sangat khas seperti rasa rambutan bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian. Karena rasa dan aroma yang dikandungnya membuat matoa memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat Papua. Harga jual rata-rata mencapai Rp. 20.000/kg bahkan sering lebih dan tidak pernah murah, buah ini banyak dipesan peminat di luar Papua sebagai oleh-oleh. Bila sedang musim buah matoa banyak dijual di pasar-pasar, pedagang kaki lima, maupun dijual di tepi jalan. Buah matoa mempunyai kulit buah relatif tebal dan keras sehingga dapat tahan lama jika disimpan yaitu bisa disimpan hingga 1 minggu tanpa perlakuan pengawetan dan jika disimpan dalam suhu 5-10oC buah matoa dapat dipertahankan hingga 20 hari. Tanaman matoa dapat diperbanyak dengan menggunakan biji, cangkok, stek maupun sambung. Pada perbanyakan dengan biji sebaiknya terlebih dahulu disemaikan dalam polybag dan jika sudah cukup kuat dapat dilakukan pemindahan ke lapangan/kebun. Jarak tanam yang umum adalah 8 sampai 12 meter (Atq).


Matoa (Pometia pinnata) adalah flora identitas Propinsi Papua Barat.
Dulu aku kan pernah tinggal di Papua sewaktu orang tua ditugaskan di sana. Tetapi kala itu aku tidak pernah melihat pohon matoa (Pometia pinnata) ataupun  pohon buah merah (Pandanus conoideus)  yang terkenal itu yang juga berasal dari sana. Mungkin karena waktu itu aku masih usia sekolah dasar sehingga tidak memperhatikan sekeliling dan tahunya hanya bermain saja.  Nama kedua pohon inipun hanya kuketahui dari media.
Rasa penasaranku semakin menjadi ketika seorang kenalanku mengatakan ada sebatang pohon matoa di depan rumahnya.
Aku dengan sok tahu mendebatnya: ” Masa ini pohon matoa sih? Matoa kan buah langka dari papua.”
Dari rasa penasaranku, kutemukan foto pohon matoa di wikipedia. Foto di bawahnya foto matoa hasil karyaku. Memang akhirnya aku mengakui itu benar matoa he…he….


Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Menurut kenalanku rasa buahnya  campuran antara rambutan, durian dan kelengkeng.  Buahnya berbentuk lonjong dan seukuran buah pinang atau telur puyuh, mungil sekali ya.  Ketika muda berwarna hijau dan setelah matang berwarna hijau kekuningan.

Di Papua, pohon matoa  tumbuh  di seluruh wilayah Papua dan bisa  berkembang sampai dengan diameter pelukan tiga orang dewasa. Kayunya bisa dibuat  mebel atau kusen rumah. Pohon ini berbuah musiman yaitu sekitar bulan September – Oktober. Nah, saat itupun pohon matoa kenalanku sedang berbuah. Kuambil satu buah yang belum matang saking tidak sabar ingin melihatnya. Matoa dalam genggamanku itu kelihatan mungil sekali kan.
Kulit buahnya agak keras mirip kelengkeng. Jika sudah matang aromanya menyerupai durian dan kelengkeng.

Foto diambil dari sini
Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.
Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan Taun. Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain : ganggo, jagir, jampania, kasai, kase, kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. (vivaborneo)
Di Papua, pohon matoa yang semula tumbuh liar kini menjadi semakin naik gengsinya. Apalagi semenjak (mantan) presiden Megawati mencanangkan penanaman berbagai jenis pohon asli Indonesia seperti cempaka Aceh, meranti Kalimantan dan matoa Papua sebagai pohon lestari, di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa tahun yang lalu.
Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.
Sayangnya, karena cuaca  yang tidak menentu, kadang panas dan kadang hujan buah-buah yang lebat bergantungan itu rontok semua. Gagallah aku mencicipi matoa. Dari berkelana di dunia maya kabarnya matoa sudah dapat ditemui di toko buah-buahan di luar Papua. Ada yang tahu lokasi penjualan matoa di sekitar Pasar Singkawang,Sambas, Sekura, Simpang Empat dan sekitarnya.?

 
Buah Matoa
Buah Matoa (Pometia pinnata) adalah buah khas asli Papua. Rasa buah ini manis seperti buahrambuatan atau buah kelengkeng. Pohon matoa tumbuh tinggi, dan kayu nya bisa untuk mebelatau kusen
 
kusen rumah. Buah ini merupakan buah musiman yang berbuah pada bulanSeptember
 
Oktober. Matoa tumbuh di seluruh wilayah kepulauan Cenderawasih.buah matoa
Rasa buahnya ―ramai‖, dan susah didefinisikan, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan.
Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang bilang manislegit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan durian. Pendeknya,buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem)dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna coklat kehitaman bilamasak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoatumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia,tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.Di Papua, pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenistumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan(Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.

Solusi Kesehatan Masyarakat Kabupaten Sambas Dengan Mengkonsumsi Buah Matoa dan Khasiatnya...!

Buah Matoa, Lezat dan Kaya Manfaat


buah matoa kaya vitamin c dan vitamin e Matoa atau yang memiliki nama lating Pometia pinnata merupakan tanaman buah yang berasal dari Papua. Matoa tergolong tumbuhan tinggi yang dapat mencapai ketinggian 18 meter dengan diameter mencapai 1 meter. Matoa umumnya hanya berbuah sekali dalam setahun dan biasanya berbuah pada bulan juli sampai dengan oktober kemudian berbuah lagi 4 bulan kemudian. Matoa tersebar di hamper seluruh daerah Papua, tanaman ini tumbuh d tempat kering yang tidak tergenang oleh air.

Di Papua dikenal dua jenis Matoa, yang pertama adalah matoa kelapa dan yang lainya adalah matoa pepeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah pada buahnya, matoa kelapa buahnya memiliki cirri daging buah yang kenyal sedangkan matoa pepeda memiliki ciri buahnya lembek dan lengket.





Pernahkah Anda mendengar buah yang bernama Matoa? Sebenarnya saya sudah berkenalan dengan buah ini bertahun yang lalu, tetapi sayangnya hanya sekilas dan kemudian terlupakan begitu saja hingga saya hanya dapat mengingat nama dan bentuknya saja.Beberapa kali saya menemukan buah tersebut di gerai spesialis penjual buah seperti All Fresh, Total, Fruiterie, hingga Rezeki. Sayangnya ketersediaan si buah asal Papua ini tidak sebaik nasib buah-buahan 'normal' lainnya. Mungkin musiman, mungkin juga karena kesulitan yang lain.


Buah Matoa, sekilas seperti Alpukat Mentega yang kecil dalam bentuk melonjong, dihiasi dengan bintik-bintik hitam yang tersebar acak di sekujur kulitnya. Apabila mendekati keadaan matang, warna hijaunya akan cenderung menguning. Setelah dipegang, kulit yang sedikit keras akan terasa. Mungkin analogi yang mirip adalah seperti kulit Kelengkeng tetapi sedikit lebih tebal, dengan selaput pelindung atau membran tipis seperti kulit ari buah Rambutan.

Guess what? Buahnya juga tampak seperti Rambutan, hanya saja kandungan airnya tidak sebanyak itu. Terasa lebih berserat pada daging, dan ... rasanya ... rasanya ... bayangkan Anda makan Durian dengan aroma dan rasa yang tipis, ditambah dengan kesan menyegarkan ... nah!Biji yang memiliki bentuk seperti kacang Almond, sama sekali tidak lengket dengan daging buah, mungkin istilah yang mewakili (biasanya digunakan untuk Rambutan - by Javanese) adalah 'ngelotok'. Tidak selicin Kelengkeng, tapi juga tidak sekasar biji Rambutan yang paling licin.


Selamat Menikmati.



Matoa
 1 Komentar 




Matoa
  




Matoa
 Komentar 




Matoa
 Komentar 



Manfaat Buah Matoa

Buah matoa dapat dikonsumsi segar dan memiliki rasa seperti gabungan antara rambutan dan lengkeng yang tentu saja membuat buah ini sangat lezat. Karena rasanya yang enak, buah ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Buah matoa kaya akan vitamin C dan vitamin E, tetapi buah ini kaya akan kandungan glukosa jenuh sehingga jika terlalu banyak mengkonsumsinya akan menyebabkan “teler”.

Buah matoa selain kaya akan kandungan vitamin C dan E juga memiliki banyak manfaa bagi masyarakat, khususnya dalam bidang ekonomi. Harga jual buah matoa yang tinggi membuat buah ini dapat dimanfaatkan untuk membantu perekonomian masyarakat.

Kandungan vitamin C dalam buah matoa bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang menyerang system kekebalan tubuh. Vitamin C juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan berbagai macam penyakit. Kandungan vitamin E pada buah matoa juga dapat membantu meringankan stress, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kesuburan serta meminimalkan resiko terserang penyakit kanker serta penyakit jantung koroner.

Vitamin E dalam buah matoa juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan kulit dengan cara menjaga serta meningkatkan kelembapan serta elastisitas kulit. Vitamin E juga beranfaat sebagai antioksidan yang bertugas menjaga tubuh dari serangan radikal bebas yang bisa merusak serta menggerogoti sel-sel tubuh.

Potensi Ekonomis Masyarakat dan Menjanjikan, Urang sambas mau maju jadilah pengusaha...hehe

tinggal pilih
tinggal pilih
Raja Buah
Raja Buah
Bagaimana dengan isi dalamnya? Setelah membeli , langsung saya bawa ke rumah untuk saya coba. Semerbak bau khas durian langsung memenuhi ruangan membuat saya tidak sabar untuk segera membelahnya.Ternyata, daging buahnya berwarna keputihan, persis warna susu kedelai yang biasa saya minum. Rasanya, manis walau ada beberapa daging buah yang terasa agak tawar. Serat buahnya tidak terlalu banyak meskipun juga tidak terlalu menempel dengan bijinya.
daging buah durian
daging buah durian
Saya sendiri kurang tahu persis jenis durian ini. Persoalannya, banyak durian yang dijual adalah durian hutan. Durian tidak dibudidayakan secara khusus, karena tumbuh di hutan-hutan papua. Selebihnya, durian juga diperoleh dari Satuan Pemukiman, daerah transmigrasi di Kabupaten Manokwari. Bisa jadi, durian-durian yang sekarang di jual merupakan bibit-bibit durian yang di bawa dari Jawa.
Puas dengan durian, bagaimana jika anda mencoba Matoa. Buah dengan nama latin Pometia Pinnata ini konon merupakan buah asli Papua (di Papua Nugini, buah matoa dinamai Taun). Beberapa jenis matoa memiliki bentuk seperti telur ayam kampung dengan warna hijau kekuningan. Untuk jenis ini , kulit buahnya seperti membuka kulit telur yang sudah direbus. Jenis ini juga yang sering kita jumpai di Supermarket kota besar karena daging buahnya tebal dan rasanya legit. Bagi anda yang sudah memakannya, mungkin deskripsi rasa matoa yang unik, perpaduan antara lengkeng dan durian membuat anda ingin mencobanya lagi.
Matoa berkulit tebal
Matoa berkulit tebal
Saat membeli Matoa berjenis kulit tebal, saya baru tahu kalau ada matoa yang bentuknya kecil seperti buah pinang atau telur puyu dengan kulit yang lebih tipis. Warnanya merah kehitaman dan rasanya lebih asam dibandingkan jenis sebelumnya. Jika sebelumnya gabungan rasa lengkeng dan durian, untuk yang jenis ini seperti rasa rambutan dan durian.
jenis-jenis matoa
jenis-jenis matoa
matoa yang lezat
matoa yang lezat
Harganya perkilo saya beli Rp30.000,00 dan saya tempatkan di lemari pendingin karena rasanya lebih segar di tenggorokan. Jika dimakan dalam keadaan segar, setelah dibuka, daging buah mengeluarkan getah yang agak lengket. Di Papua, selain buahnya dikonsumsi, pohon Matoa juga digunakan sebagai bahan bangunan. Kayu matoa dikenal keras dan biasa digunakan untuk tiang pancang pembangunan rumah.
Menikmati Manokwari tentu menikmati buah-buahan hasil alamnya. Tak heran, Manokwari sejak dulu dikenal sebagai kota buah karena hampir sepanjang tahun, penjual buah berseliweran di kota ini.
Saat serangan buah impor mulai menggeliat dan menerobos pasar supermarket dan pasar lokal kita, harapan patut kita sandarkan bahwa semakin banyak yang mengerti bahwa kesadaran mengkonsumsi buah-buahan asli bangsa sendiri akan membantu pedagang lokal yang memang berjuang dan bertahan hidup dari hasil kebunnya. Dengan strategi dan juga keterlibatan pemerintah, maka petani-petani bisa menanam buah asli Indonesia dan dapat menjadi pionir untuk buah khas Indonesia di dunia. Saya ingat ucapan Udin, penjual buah asal Tual , provinsi Maluku yang menjajakan Matoa di Pasar Sanggeng. “Semua orang asing mencari buah ini Pak, kalau mereka berjalan-jalan. Mereka suka karena rasanya dan juga dapat membuat mereka ingat tentang Papua”. Ah, memang matoa telah mencuri hati banyak orang.
***
Kami hanya Mengenalkan,,,, Semoga Buah ini ( Matoa ) menjadi potensi bisnis yang menjanjikan dan luar biasa amien. hehe I love Indonesia  ( I love Enterplenuer ) hehe Saya ogah deh jadi Pegawai mending jadi Pengusaha aja...

RAVI BAINUR URRANG SAMBAS

 Matoa matoa Lagi
Matoa atau yang nama latinnya Pometia Pinnata merupakan tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Papua Barat. Pohon matoa tergolong pohon besar yang dapat mencapai ketinggian 50 meter dan memiliki batang yang keras. Umumnya, buah ini berbuah setahun sekali. Buah ini cocok ditanam di daerah yang bercurah hujan tinggi dan akan tumbuh baik di daerah yang tanahnya tidak mudah tergenang air. Memiliki daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun panjang ± 1 m, anak daun 4 - 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi yang bergerigi. Mahkota bunga agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak menyatu.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem) atau seperti jambe yang biasa buat nginang mbah2, hehe… kulit licin berwarna coklat kehitaman bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.
Uniknya buah ini adalah memiliki rasa yang nano-nano. Hemmm … saya sendiri susah mendeskripsikannya. Buahnya unik, rasanya pun unik. Perpaduan antara rasa rambutan, durian dan kelengkeng. Satu buah matoa dengan buah matoa lainnya bisa saja memiliki rasa yang berbeda. Ada yang bilang rasanya seperti leci, ada juga yang bilang seperti buah durian, rambutan atau kelengkeng. Rasa buah matoa sulit untuk didefinisikan. Dominan rasanya manis dan bagi yang suka membuat ketagihan untuk mencicipinya lagi.
Buah ini tidak hanya ditemui di daerah Papua saja, buah ini telah menyebar ke segala penjuru karena mudahnya bertanam pohon matoa. Tidak memerlukan perawatan khusus untuk menanam pohon matoa. Jadi jangan heran jika Anda sedang jalan-jalan di Yogya dan mampir di Mirota Kampus menemukan buah ini. :-)
13322327771160670961
nyomot gambar di http://forum.tamanroyal.com
13322328981659200060
pohon matoa di kebun belakang rumah mertua ane
1332233069160743102
banyak pohon matoa di Kebun Mertua ane

Matoa Kabupaten Sambas

MATOA

Panen matoa





Matoa Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi

Matoa Papua Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi

Matoa termasuk tanaman langka. Pohonnya rindang dengan akar yang kuat dan buahnya berasa manis. Ada yang menyebut rasa manisnya seperti kelengkeng campur durian, ada pula yang menyebut seperti rambutan. Matoa asli Papua ternyata mempunyai keistimewaan. Buah ini tumbuh di hampir seluruh wilayah papua khususnya dataran rendah, terutama dihutan belantara dan hanya sebagian kecil saja yang sengaja ditanam dihalaman rumah sebagai perindang halaman.

Buah matoa belum dibudidayakan oleh masyarakat papua, hal ini barangkali karena buah ini tumbuh banyak di hutan-hutan dan masyarakat merasa tidak perlu menanam karena toh tidak menanampun bisa memanennya, yaitu dengan mencaari dihutan belantara tersebut. Namun demikian dengan maraknya penebangan hutan yang terjadi di daerah papua untuk mengambil kayu yang kemudian dijadikan sebagai kayu lapis maupun bahan bangunan lain serta perluasan areal pertanian, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat akan terjadi  lost generation pada buah matoa ini.

Kayu yang dihasilkan oleh pohon matoa cukup berkualitas, dan sangat umum digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat papua dan industri kayu lapis yang kemudian di eksport ke luar negeri. Ratusan ribu kubik setiap tahun dihasilkan dari pohon  matoa ini, sementara barangkali tidak diimbangi dengan penanaman kembali pada daerah yang dilakukan penebangan (belum ada data yang valid). Bisa saudara bayangkan sendiri kira-kira dalam waktu yang tidak lama lagi kita akan kehilangan suatu komoditas yang sebenarnya memiliki nilai ekonomis tinggi.

Tahun 2006 Menteri Pertanian telah melepas Matoa Papua sebagai varietas unggul yaitu yang berasal dari Desa Sere, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Matoa varietas Papua mempunyai keunggulan daging buah tebal dan mudah lepas dari biji, rasa buahnya yang manis seperti campuran antara rasa kelapa muda, durian, klengkeng, rambutan, kulit buah relatih tebal dan keras, dan beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang dengan ketinggian 0-500 m dpl. Sedangkan rata-rata hasil 200-500 kg/pohon/tahun.

Dan Sekarang insyallah Akan di kembang kan di Kabupaten Sambas Oleh Bapak Ravi Bainur  ( saya ) kebetulan   kemaren tidak sengaja makan buah matoa ini ternyata rasa nya luar biasa enak dan kayyaknya kalau di kembang kan di Kabupaten Sambas bisa memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan bisa merogoh kocek konsumen nanti nya.... kebetulan juga bibit nya mudah didapat dari temen saya yang baru mencoba sengaja menanam buah matoa... jadi ngapain ragu - ragu saya langsung ambil keputusan untuk menanam / berkebun Matoa.

Manisan Buat Lebaran ala urrang Semate Kabupaaten Sambas

Matoa Yang Gurih Cocok buat Ganti Manisan Di Toples Lebaran nanti 1433 H




Kulitnya keras. Aku makan sebutir. Haduuuuh....rasanya kok aneh gini? Bentuk dalamnya sih mirip banget dengan kelengkeng.



Tapi lebih berlendir dan tipis dagingnya. Lebih mirip lechy kalau aku bilang...cuma masih enakan lechy ada asem asem segernya. Matoa hanya manis saja.



bisa bedain, mana kelengkeng, mana Matoa ? :D

Berburu Buah Matoa Di kabupaten Sambas

Berbagi informasi terkini dari Biak Sambas bersama teman-teman Anda.


Buah Matoa, Manis Legit Kaya Manfaat
Foto: Detikfood
Jakarta - Mungkin tak semua orang kenal buah matoa. Buah yang mempunyai nama latin Pometia pinnata ini merupakan tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Papua Barat. Buah yang rasa dan aromanya enak ini ternyata kaya manfaat!

Pohon buah matoa termasuk pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm dan tahan terhadap serangga yang umumnya merusak tanaman. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi.

Buah ini sekilas terlihat seperti buah kedondong dengan kulit hijau kecokelatan dan bentuknya agak oval. Cara membuka buah ini, pecahkan kulit buah dengan tekanan dari ibu jari. Cangkangnya tidak terlalu keras dan terdapat selaput tipis pembungkus di dalamnya.

Salah satu keunikan buah matoa adalah aromanya yang mirip buah durian. Tekstur buah ini bisa dideskripsikan seperti kelengkeng sedikit kenyal seperti nangka, dan rasa buah ini manis legit. Unik sekali.

Buah matoa seperti buah lain dan terasa segar jika dimakan, Buah ini kaya akan vitamin C dan E namun memiliki kandungan glukosa jenuh. Menurut sebagian orang yang memakannya, jika mengonsumsi secara berlebihan terasa agak teler.

Kandungan vitamin C dalam buah matoa bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan vitamin E pada buah matoa dapat membantu meringankan stress, memberikan nutrisi pada kulit, serta meminimalkan resiko terserang penyakit kanker dan penyakit jantung koroner.

Buah matoa ini dihargai Rp. 30.000 per kilogram dan bisa ditemui di supermarket. Umumnya dikemas dan dijual per setengah kilogram. Jika ingin membuat jus atau buah segar yang berbeda, buah ini bisa jadi pilihan.

facebook Ravi Bainur

Matoa Angkat Ekonomi Pertanian Kab. Sambas Kedepan.

Mengenal Matoa, Buah Khas Jayapura tapi ada Kalimantan Barat daerah Kabupaten Sambas dan Bengkayang ( SUI.RAYA KEPULAUAN )

Untuk Info : Hubungi Ravi Bainur ( Kab. Sambas ) dan Hanafi ( Kec. sui. raya Kepulauan ) Kab. Bengkayang.




Buah bernama Matoa itu punya bentuk mirip duku, namun lebih besar dan kulitnya lebih keras. Rasanya manis dan segar. Anda bisa belanja buah khas Papua ini di wilayah dataran rendah, salah satunya Kota Jayapura.


Mata saya menangkap semangkuk buah berwarna kuning, ukurannya lebih besar dari duku. Buah itu menjadi penutup saat makan malam. Bentuknya familiar dengan yang saya lihat siang harinya, Selasa (30/7/2012), tepat saat penjualannya di desa Sui raya Kepulauan Kab. Bengkayang (FDS) 2012. Bedanya, buah yang saya lihat siang hari itu berwarna ungu.



Rupanya buah itu bernama Matoa. Ini adalah buah khas Papua yang tumbuh di dataran rendah. Jenisnya memang ada dua, yakni Matoa Kelapa yang warnanya kuning dan Matoa Papeda yang berwarna ungu tua. Perbedaannya terletak pada tekstur daging buahnya. Jika Matoa Kelapa punya daging kenyal seperti rambutan, Matoa Papeda punya daging yang agak lembek dan lengket.



Nyam! Matoa Kelapa rupanya sangat nikmat. Penasaran dengan rasa Matoa Papeda, saya dan beberapa wartawan lain memutuskan untuk berburu buah ini di Kota Jayapura keesokan harinya.



Walaupun termasuk buah langka, Matoa bisa ditemukan dengan mudah di Kota Jayapura. Di pinggiran Jl Raya Sentani misalnya, seorang mamak siap menakar Matoa Kelapa dan Matoa Papeda dengan timbangannya. Matoa-matoa itu dimasukkan ke dalam karung sesuai jenisnya.



Sebelum memborong Matoa, saya mencicipi Matoa Papeda. Wow, sama segarnya dengan Matoa Kelapa! Saat menanyakan harga kepada sang mamak, saya pun kaget. Rp 65.000 untuk satu kilogram Matoa Kelapa.



Terdengar mahal? Tunggu sampai Anda mendengar harga satu kilogram Matoa Papeda. Rp 130.000, harga yang fantastis untuk satu kilogram buah. Untuk memborong satu karung Matoa ukurang 30 kg, Anda butuh merogoh kocek Rp 5 juta. Bukan main!



Tapi maklum saja, pemetik Matoa harus masuk jauh ke dalam hutan untuk mendapat berkarung-karung Matoa. Bulan Agustus-November adalah musim Matoa, sehingga harga per kilogramnya bisa lebih murah.



Kulit yang keras dan buah yang tahan lama membuat Matoa jadi favorit wisatawan untuk buah tangan. Jadi, jangan lupa berburu buah ini saat Anda berkunjung ke Jayapura, ya!

Bisnis Buah Matoa

ENGENAL TANAMAN MATOA (pometia pinnata) 11 Juli 2012

Posted by Ravi Bainur, S.Pd.I
Seputar Perkebunan Agro Bisnis Matoa.




 

Matoa (Pometia Pinnata) adalah tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Provinsi Papua Barat. Matoa termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar papan tingginya mencapai 5 m, daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun panjang ± 1 m, anak daun 4 – 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi yang bergerigi. Mahkota bunga agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak menyatu.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem) dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna coklat kemerahan bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.
Rasa buahnya “ramai”, dan susah didefinisikan. Coba saja tanya kepada yang pernah memakannya, maka ada yang bilang rasanya masin, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan. Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang bilang manis legit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan durian. Pendeknya, buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.
Tanaman ini mudah diperbanyak/ dikembangbiakkan melalui biji, dan cara lain seperti cangkok serta okulasi. Matoa tumbuh di daerah yang sejuk atau dengan kata lain lebih mudah tumbuh di pada ketinggian 900 – 1700 m dpl, topografi datar atau miring, meskipun dapat pula tumbuh di dataran rendah, dengan waktu berbunga bulan Juli – Agustus dan berbuah pada bulan November – Februari.
Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.
Di Papua sendiri pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenis tumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan (Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.
Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan taun. Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain: ganggo, jagir, jampania, kasai, kase, kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, meskipun orang lebih mengenai buah matoa ini berasal dari Papua, namun jangan heran kalau di sebuah shopping center di Yogya Anda akan menjumpai buah matoa dari Temanggung.
Dari pohon matoa, selain diambil buahnya, batang kayunya juga sangat bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tinggi pohonnya dapat mencapai 40-50 meter dengan ukuran diameter batangnya dapat mencapai 1 meter hingga 1.8 meter. Batang kayu pohon matoa termasuk keras tetapi mudah dikerjakan. Banyak dimanfaatkan sebagai papan, bahan lantai, bahan bangunan, perabot rumah tangga, dsb. yang ternyata tampilan kayunya juga cukup indah.
Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.