Matoa Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
Matoa Papua Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
Matoa
termasuk tanaman langka. Pohonnya rindang dengan akar yang kuat dan
buahnya berasa manis. Ada yang menyebut rasa manisnya seperti kelengkeng
campur durian, ada pula yang menyebut seperti rambutan. Matoa asli
Papua ternyata mempunyai keistimewaan. Buah
ini tumbuh di hampir seluruh wilayah papua khususnya dataran rendah,
terutama dihutan belantara dan hanya sebagian kecil saja yang sengaja
ditanam dihalaman rumah sebagai perindang halaman.

Buah
matoa belum dibudidayakan oleh masyarakat papua, hal ini barangkali
karena buah ini tumbuh banyak di hutan-hutan dan masyarakat merasa tidak
perlu menanam karena toh tidak menanampun bisa memanennya, yaitu dengan
mencaari dihutan belantara tersebut. Namun demikian dengan maraknya
penebangan hutan yang terjadi di daerah papua untuk mengambil kayu yang
kemudian dijadikan sebagai kayu lapis maupun bahan bangunan lain serta
perluasan areal pertanian, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa suatu
saat akan terjadi lost generation pada buah matoa ini.
Kayu
yang dihasilkan oleh pohon matoa cukup berkualitas, dan sangat umum
digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat papua dan industri kayu
lapis yang kemudian di eksport ke luar negeri. Ratusan ribu kubik
setiap tahun dihasilkan dari pohon matoa ini,
sementara barangkali tidak diimbangi dengan penanaman kembali pada
daerah yang dilakukan penebangan (belum ada data yang valid). Bisa
saudara bayangkan sendiri kira-kira dalam waktu yang tidak lama lagi
kita akan kehilangan suatu komoditas yang sebenarnya memiliki nilai
ekonomis tinggi.
Tahun
2006 Menteri Pertanian telah melepas Matoa Papua sebagai varietas
unggul yaitu yang berasal dari Desa Sere, Kecamatan Sentani, Kabupaten
Jayapura, Papua. Matoa varietas Papua mempunyai keunggulan daging buah
tebal dan mudah lepas dari biji, rasa buahnya yang manis seperti
campuran antara rasa kelapa muda, durian, klengkeng, rambutan, kulit
buah relatih tebal dan keras, dan beradaptasi dengan baik di dataran
rendah sampai sedang dengan ketinggian 0-500 m dpl. Sedangkan rata-rata
hasil 200-500 kg/pohon/tahun.
Dan Sekarang insyallah Akan di kembang kan di Kabupaten Sambas Oleh Bapak Ravi Bainur ( saya ) kebetulan kemaren tidak sengaja makan buah matoa ini ternyata rasa nya luar biasa enak dan kayyaknya kalau di kembang kan di Kabupaten Sambas bisa memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan bisa merogoh kocek konsumen nanti nya.... kebetulan juga bibit nya mudah didapat dari temen saya yang baru mencoba sengaja menanam buah matoa... jadi ngapain ragu - ragu saya langsung ambil keputusan untuk menanam / berkebun Matoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar