
tinggal pilih

Raja Buah
Bagaimana
dengan isi dalamnya? Setelah membeli , langsung saya bawa ke rumah
untuk saya coba. Semerbak bau khas durian langsung memenuhi ruangan
membuat saya tidak sabar untuk segera membelahnya.Ternyata, daging
buahnya berwarna keputihan, persis warna susu kedelai yang biasa saya
minum. Rasanya, manis walau ada beberapa daging buah yang terasa agak
tawar. Serat buahnya tidak terlalu banyak meskipun juga tidak terlalu
menempel dengan bijinya.

daging buah durian
Saya
sendiri kurang tahu persis jenis durian ini. Persoalannya, banyak
durian yang dijual adalah durian hutan. Durian tidak dibudidayakan
secara khusus, karena tumbuh di hutan-hutan papua. Selebihnya, durian
juga diperoleh dari Satuan Pemukiman, daerah transmigrasi di Kabupaten
Manokwari. Bisa jadi, durian-durian yang sekarang di jual merupakan
bibit-bibit durian yang di bawa dari Jawa.
Puas
dengan durian, bagaimana jika anda mencoba Matoa. Buah dengan nama
latin Pometia Pinnata ini konon merupakan buah asli Papua (di Papua
Nugini, buah matoa dinamai Taun). Beberapa jenis matoa memiliki bentuk
seperti telur ayam kampung dengan warna hijau kekuningan. Untuk jenis
ini , kulit buahnya seperti membuka kulit telur yang sudah direbus.
Jenis ini juga yang sering kita jumpai di Supermarket kota besar karena
daging buahnya tebal dan rasanya legit. Bagi anda yang sudah memakannya,
mungkin deskripsi rasa matoa yang unik, perpaduan antara lengkeng dan
durian membuat anda ingin mencobanya lagi.

Matoa berkulit tebal
Saat
membeli Matoa berjenis kulit tebal, saya baru tahu kalau ada matoa yang
bentuknya kecil seperti buah pinang atau telur puyu dengan kulit yang
lebih tipis. Warnanya merah kehitaman dan rasanya lebih asam
dibandingkan jenis sebelumnya. Jika sebelumnya gabungan rasa lengkeng
dan durian, untuk yang jenis ini seperti rasa rambutan dan durian.

jenis-jenis matoa

matoa yang lezat
Harganya
perkilo saya beli Rp30.000,00 dan saya tempatkan di lemari pendingin
karena rasanya lebih segar di tenggorokan. Jika dimakan dalam keadaan
segar, setelah dibuka, daging buah mengeluarkan getah yang agak lengket.
Di Papua, selain buahnya dikonsumsi, pohon Matoa juga digunakan
sebagai bahan bangunan. Kayu matoa dikenal keras dan biasa digunakan
untuk tiang pancang pembangunan rumah.
Menikmati
Manokwari tentu menikmati buah-buahan hasil alamnya. Tak heran,
Manokwari sejak dulu dikenal sebagai kota buah karena hampir sepanjang
tahun, penjual buah berseliweran di kota ini.
Saat
serangan buah impor mulai menggeliat dan menerobos pasar supermarket
dan pasar lokal kita, harapan patut kita sandarkan bahwa semakin banyak
yang mengerti bahwa kesadaran mengkonsumsi buah-buahan asli bangsa
sendiri akan membantu pedagang lokal yang memang berjuang dan bertahan
hidup dari hasil kebunnya. Dengan strategi dan juga keterlibatan
pemerintah, maka petani-petani bisa menanam buah asli Indonesia dan
dapat menjadi pionir untuk buah khas Indonesia di dunia. Saya ingat
ucapan Udin, penjual buah asal Tual , provinsi Maluku yang menjajakan
Matoa di Pasar Sanggeng. “Semua orang asing mencari buah ini Pak, kalau
mereka berjalan-jalan. Mereka suka karena rasanya dan juga dapat membuat
mereka ingat tentang Papua”. Ah, memang matoa telah mencuri hati banyak
orang.
***Kami hanya Mengenalkan,,,, Semoga Buah ini ( Matoa ) menjadi potensi bisnis yang menjanjikan dan luar biasa amien. hehe I love Indonesia ( I love Enterplenuer ) hehe Saya ogah deh jadi Pegawai mending jadi Pengusaha aja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar